Kamis, 25 Agustus 2011

DIAM

MAKASSAR, 19 AGUSTUS 2010
1:30 AM

Kata-kataku terlalu banyak terlontar lewat mulut ini
Perlawanan hati terlalu tampak selama ini
Raut wajah selalu memancarkan gambaran hati
Walaupun ku malu dengan itu tapi....
Semuanya terlalu mudah untuk kulakukan untuk berkali-kali
Kadang aku bertanya kepada hatiku dan diriku sendiri
Apakah aku mengerti dan sadar akan kemauan hatiku ini?
Ataukah sisi lain dari diriku yang menimbulkan semua keegoisan ini
Apakah warna dari hatiku ini? Hitamkah? Atau putih?
Terkadang ku ingin DIAM walaupun hanya sekali
Tapi, bahkan untuk DIAM sekali saja sulit sekali
Amarahku kadang telah kubelenggu sekuat mungkin
Tapi, saat kesabaran tiba mendarat di jiwa
Tiba-tiba aliran darah dari otakku membawa kembali kunci kecurigaan yang membuat belenggu amarahku terbuka dan keluar seenakperutnya
Aku membencinya yang telah membuatku tanpa sadar membuka belenggu amarahku sendiri.
DIAM-ku tak mendatangkan hasil yang kuinginkan
Lalu, DIAM yang bagaimana? Yang harus ku lakukan....
DIAM-ku tak pernah dihargai sedikitpun
Hanya DIAM-ku yang harus mengerti dirinya
Bagaimana dengan hatiku yang terbelenggu oleh diriku sendiri
Sampai kapan DIAM-ku menahanku? Karena percuma
DIAM-ku tak bisa membuat hatiku DIAM untuk menahan
Lalu apa? Hanya DIAM kah cara terbaik?
Aku benci DIAM jika hanya mulutku yang DIAM
Aku juga ingin hatiku DIAM
Agar aku tak perlu khawatir dengan DIAM-mu dan juga DIAM-ku
Tak bisakah DIAM-ku membuatmu mengerti?
Ataukah DIAM-mu yang tak bisa membuatku mengerti
Haruskah selamanya aku DIAM dan penasaran dengan DIAM-mu?
Ataukah aku harus menghilangkan DIAM-ku dan terus menggerogoti DIAM-mu? Dan membuat kita meracuni satu sama lain?
Apakah harus DIAM-ku sama dengan DIAM-mu?
Mengapa tidak kau jelaskan DIAM-mu kepadaku?
Dan kau juga pasti akan mengerti DIAM-ku!
Tapi, sepertinya DIAM-mu terlalu gengsi dan egois!
Jadi lebih baik aku DIAM saja!



Tidak ada komentar: